Senin, 09 Juni 2014
Nama : Khusnul khotimah
kelas : 2pa11 npm : 14512099
tugas : softskill
Cinta
selalu membuat orang ingin memiliki ikatan dengan yang dicintai. Namun apakah
cinta selalu membuat orang berpikir untuk terikat pernikahan dengan orang yang
dicintai? Belum tentu. Sebagian besar memang berpikir untuk menikahi yang
dicintai. Namun, mereka yang mencintai terkadang juga takut menghadapi
pernikahan. Ada yang hanya mau berpacaran saja atau ada yang hanya mau kumpul kebo.
b) Penyesuaian
dan pertumbuhan dalam perkawinan
c) Perceraian
dan pernikahan kembali
d) Alternatif selain pernikahan
bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran
dan aktivitas yang sama
kelas : 2pa11 npm : 14512099
tugas : softskill
1 ) Pengertian
Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal
adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi
juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya.
Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan
juga menentukan relationship. Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat
menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk
mengungkapkan dirinya; makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi
dirinya; sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.
a)
Model
model hubungan interpersonal
a.
Model
Pertukaran Sosial
Model ini memandang
hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan
orang lain karena mengharapkan sesuatu
untuk memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelley, dua orang pemuka dari teori ini menyimpulkan model
pertukaran sosial sebagai berikut: “Asumsi dasar yang mendasari seluruh
analisis kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal
dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau
dari segi ganjaran dan biaya”. Ganjaran yang dimaksud adalah setiap akibat yang
dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran dapat
berupa uang, penerimaan sosial, atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya.
Sedangkan yang dimaksud dengan biaya adalah akibat yang negatif yang terjadi
dalam suatu hubungan, Biaya itu dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan,
dan keruntuhan harga diri
b. Model Peranan
Model
peranan menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini
setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat
oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang
baik bila setiap individu bertidak sesuai dengan peranannya.
http://psikologi.or.id
c. Model
Interaksional
Model
ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem
memiliki sifat-sifat strukural, integratif dan medan. Semua sistem terdiri dari
subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama sebagai
suatu kesatuan. Selanjutnya, semua sistem mempunyai kecenderunganuntuk
memelihara dan mempertahankan kesatuan. Bila ekuilibrium dari sistemterganggu, segera akan
diambil tindakannya. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tujuan
bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peranan.
d. Memulai
hubungan
Tahap
ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari
proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak
yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap
informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali
secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. bila mereka merasa ada
kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini
informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal,
keadaan keluarga dan sebagainya.
Menurut Charles R.
Berger informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori,
yaitu: a) informasi demografis; b) sikap dan pendapat (tentang orang atau
objek); c) rencana yang akan datang; d) kepribadian; e) perilaku pada masa
lalu; f) orang lain; serta g) hobi dan minat.
e. Hubungan
peran
1
Model
peran
Terdapat tiga hal yang menentukan kualitas dan
keefektifan bermain peran sebagai model pembelajaran, yakni (1) kualitas
pemeranan, (2) analisis dalam diskusi, (3) pandangan peserta didik terhadap
peran yang ditampilkan dibandingkan dengan situasi kehidupan nyata.
2.
Konflik
Konflik
adalah adanya pertentangan yang timbul di dalam seseorang (masalah intern)
maupun dengan orang lain (masalah ekstern) yang ada di sekitarnya. Konflik
dapat berupad perselisihan (disagreement), adanya keteganyan (the presence of
tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak atau
lebih.
3.
Adequancy
peran & autentisitas dalam hubungan peran
Kecukupan
perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang
diberikan baik secara formal maupun secara informal.
f. Intimasi
dan hubungan pribadi
Pendapat
beberapa ahli mengenai intimasi, di antara lain yaitu :
a. Shadily dan
Echols (1990) mengartikan intimasi sebagai kelekatan yang kuat yang
didasarkan oleh
saling percaya dan kekeluargaan.
b. Sullivan
(Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku
penyesuaian
seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang
lain.
c. Steinberg
(1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan
emosional
antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain,
keinginan untuk
memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih
bersifat sensitif serta saling
berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.
Dalam suatu hubungan juga perlu
adanya companionate love, passionate love dan intimacy love. Karena apabila
kurang salah satu saja di dalam suatu hubungan atau mungkin hanya salah satu di
antara ketiganya itu di dalam suatu hubungan maka yang akan terjadi adalah
hubungan tersebut tidak akan berjalan dengan langgeng atau awet, justru sebaliknya
setiap pasangan tidak merasakan kenyamanan dari pasangannya tersebut sehingga
yang terjadi adalah hubungan tersebut bubar dan tidak akan ada lagi harapan
untuk membangun hubungan yang harmonis dan langgeng.
Komunikasi yang selalu
terjaga, kepercayaan, kejujuran dan saling terbuka pun menjadi modal yang cukup
untuk membina hubungan yang harmonis. Maka jangan kaget apabila komunikasi kita
dengan pasangan tidak berjalan dengan mulus atau selalu terjaga bisa jadi
hubungan kita akan terancam bubar atau hancur. Tentu saja itu akan menyakitkan
hati kita dan setiap pasangan di dunia ini pun tidak pernah menginginkan hal
berikut.
a. Intimasi
Dan pertumbuhan
Apapun alasan untuk berpacaran,
untuk bertumbuh dalam keintiman, yang terutama adalah cinta. Keintiman tidak
akan bertumbuh jika tidak ada cinta . Keintiman berarti proses menyatakan siapa
kita sesungguhnya kepada orang lain. Keintiman adalah kebebasan menjadi diri
sendiri. Keintiman berarti proses membuka topeng kita kepada pasangan kita.
Bagaikan menguliti lapisan demi lapisan bawang, kita pun menunjukkan lapisan
demi lapisan kehidupan kita secara utuh kepada pasangan kita.
Keinginan setiap pasangan adalah
menjadi intim. Kita ingin diterima, dihargai, dihormati, dianggap berharga oleh
pasangan kita. Kita menginginkan hubungan kita menjadi tempat ternyaman bagi
kita ketika kita berbeban. Tempat dimana belas kasihan dan dukungan ada
didalamnya. Namun, respon alami kita adalah penolakan untuk bisa terbuka
terhadap pasangan kita. Hal ini dapat disebabkan karena :
(1)
kita tidak mengenal dan tidak menerima siapa diri kita secara utuh.
(2)
kita tidak menyadari bahwa hubungan pacaran adalah persiapan memasuki
pernikahan.
(3) kita tidak percaya pasangan kita
sebagai orang yang dapat dipercaya untuk memegang
rahasia.
(4) kita dibentuk menjadi orang yang
berkepribadian tertutup.
(5) kita memulai pacaran bukan
dengan cinta yang tulus .
2. Cinta dan perkawinan
Cinta adalah
sebuah emosi dari kasih
sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks
filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan
belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya mengatakan bahwa cinta
adalah sebuah aksi/ kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek
lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu,
menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan
objek tersebut
Saat ini,
cinta memang menjadi landasan untuk menikah bagi sebagian besar orang.
Contohnya Anda, apakah Anda mau menikah dengan orang yang tidak ada cintai?
Anda tentu memilih menikah dengan orang yang Anda cintai. Namun demikian,
pernikahan boleh jadi tanpa cinta dan tidak semua pencinta yang menginginkan
pernikahan, benar-benar menikah. Sebab pernikahan bukan hanya tentang cinta.
Begitulah budaya kita. Di Uni Soviet, pada tahun 1986 dilaporkan hanya 50%
orang menikah karena cinta. Di Amerika Serikat, sekitar 87% menikah karena
cinta. Bagaimana dengan di Indonesia? Lagi-lagi tidak ada data yang tersedia.
a) Memilih dalam
perkawinan
Memilih pasangan atau jodoh bukan hal yang
sulit jika tahu rumusnya dan akan menjadi sulit jika tidak mengetahui rumusnya.
Pertama Tuhan adalah penguasa dan pemilik
serta penentu jodoh kita. Hanya Dia yang bisa menjadi pemilih yang sempurna dan
paling tahu tentang calon pasangan kita. Maka kedua adalah orang-orang yang
dekat dengan Tuhan yang bisa menentukan pasangan yang baik untuk dipilih.
Ketiga dimiliki oleh orang tua kita karena faktor kasih sayang dan
kesungguhannya kepada kita sehingga sangat serius untuk memilihkan kita.
Bagaimana dengan diri sendiri? Kadang tidak bisa diandalkan karena kurangnya
pengalaman, atau memilih karena nafsu,emosi dan kepentingan lain bukan
kepentingan abadi.
Beranikah kita menyerahkan pilihan kita
kepada orang yang lebih tahu luar dan dalam serta pengalaman hidup yang cukup?
Berusaha menjadikan kita pantas mendapatkan pasangan yang memang cocok dengan
pengertian orang baik akan bertemu orang baik itu cocok dan yang jelek hatinya
akan bertemu dengan yang jelek juga. Serahkan kepada Tuhan dan berusaha taat
dan memantaskan diri sendiri. Menjadi orang yang dekat kepada Tuhan akan
menjadikan diri kita beruntung
Pernikahan atau
adalah upacara pengikatan janji nikah yang
dirayakan atau dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan ikatanperkawinan secara norma agama, norma
hukum, dan norma
sosial.Upacara
pernikahan memiliki banyak ragam dan variasi menurut tradisi suku
bangsa, agama, budaya, maupun kelas
sosial. Penggunaanadat atau aturan
tertentu kadang-kadang berkaitan dengan aturan atau hukum agama tertentu pula
b) Hubungan dan pertumbuhan dalam perkawinan
Perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian
hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan yang merupakan
suatu pranata dalam budaya setempat yang meresmikan hubungan antar pribadi -
yang biasanya intim dan seksual. Perkawinan umumnya dijalani dengan maksud
untuk membentuk keluarga. Umumnya perkawinan harus diresmikan dengan
pernikahan.
Tujuan perkawinan :
· - Untuk
mendapatkan keturunan
· -Untuk
meningkat derajat dan status social baik pria maupun wanita
· -Mendekatkan
kembali hubungan kerabat yang sudah renggang
· - Agar
harta warisan tidak jatuh ke orang lain
Perkawinan tidak berarti mengikat pasangan
sepenuhnya. Dua individu ini harus dapat mengembangkan diri untuk kemajuan
bersama. Keberhasilan dalam perkawinan tidak diukur dari ketergantungan
pasangan. Perkawinan merupakan salah satu tahapan dalam hidup yang pasti
diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang terjadi dalam sebuah perkawinan,
sering tak sederhana. Perubahan yang terjadi dalam perkawinan banyak terkait
dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan serta terbentuknya
hubungan antarkeluarga kedua pihak.
Relasi yang diharapkan dalam sebuah
perkawinan tentu saja relasi yang erat dan hangat. Tapi karena adanya perbedaan
kebiasaan atau persepsi antara suami-istri, selalu ada hal-hal yang dapat
menimbulkan konflik. Dalam kondisi perkawinan seperti ini, tentu sulit
mendapatkan sebuah keluarga yang harmonis.
Pada dasarnya, diperlukan penyesuaian diri
dalam sebuah perkawinan, yang mencakup perubahan diri sendiri dan perubahan
lingkungan. Bila hanya mengharap pihak pasangan yang berubah, berarti kita
belum melakukan penyesuaian. Banyak yang bilang pertengkaran adalah bumbu
dalam sebuah hubungan. Bahkan bisa menguatkan ikatan cinta. Hanya, tak semua
pasangan mampu mengelola dengan baik sehingga kemarahan akan terakumulasi dan
berpotensi merusak hubungan.
Pernikahan
bukanlah akhir kisah indah, namun dalam perjalanannya, pernikahan justru banyak
menemui masalah. Banyak dari orang-orang yang menikah pada akhirnya harus
bercerai. Perceraian adalah berakhirnya suatu pernikahan. Saat kedua pasangan tak ingin
melanjutkan kehidupan pernikahannya,
mereka bisa memintapemerintah untuk dipisahkan
Perceraian
adalah jalan satu-satunya jika pasangan suami-istri sudah tidak lagi memiliki
rasa sayang dan cinta diantara keduanya. Dan apabila mereka tidak bisa
berhubungan dengan baik, maka akan berpisah dan tidak lagi menjadi satu
keluarga yan sempurna lagi. Banyak keluarga yang bercerai akibat pasangannya
yang memiliki ego yang lebih tinggi dan tidak ada lagi kerukunan lagi diantara
mereka berdua.
Menikah
Kembali setelah perceraian mungkin menjadi keputusan yang membingungkan untuk
diambil. Karena orang akan mencoba untuk menghindari semua kesalahan yang
terjadi dalam perkawinan sebelumnya dan mereka tidak yakin mereka bisa
memperbaiki masalah yang dialami. Mereka biasanya kurang percaya dalam diri
mereka untuk memimpin pernikahan yang berhasil karena kegagalan lama menghantui
mereka dan membuat mereka ragu-ragu untuk mengambil keputusan.
Paradigma terhadap lajang
cenderung memojokkan diri sendiri. Karena kita belum menemukan apa yang harus
kita cari. banyak pertanyaan yang terus selalu ditanyakan kepada orang yang
belum memiliki pasangan seperti : kapan menikah? Ganteng-ganteng kok ga
menikah? Apakah Melajang Sebuah Pilihan? Atau belum bisa mencari jodoh ?
Ada banyak alasan untuk tetap
melajang. Perkembangan jaman, perubahan gaya hidup, kesibukan pekerjaan yang
menyita waktu, belum bertemu dengan pujaan hati yang cocok, biaya hidup yang
tinggi, perceraian yang kian marak, dan berbagai alasan lainnya membuat seorang
memilih untuk tetap hidup melajang. Batasan usia untuk menikah kini semakin
bergeser, apalagi tingkat pendidikan dan kesibukan meniti karir juga ikut
berperan dalam memperpanjang batasan usia seorang untuk menikah. Keputusan
untuk melajang bukan lagi terpaksa, tetapi merupakan sebuah pilihan. Itulah
sebabnya, banyak pria dan perempuan yang memilih untuk tetap
hidup melajang.
sumber : http://psikologi.or.id/mycontents/uploads/2010/11/hubinterpersonal.pdf
http://21juli1991.blogspot.com/2013/05/hubungan-interpersonal.html
htthttp://repastrepost.blogspot.com/2013/06/hubungan-interpersonal_1.htmlp://www.psikoterapis.com/?en_cinta-dan-pernikahan,176
http://sharenruth.blogspot.com/2013/06/tugas-final-kesehatan-mental.html
Langganan:
Posting Komentar
(Atom)
0 komentar:
Posting Komentar