Senin, 09 Juni 2014
Nama : Khusnul khotimah
kelas : 2pa11 npm : 14512099
tugas : softskill



1 )  Pengertian Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita  bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan  interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship. Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan. 


a)      Model model hubungan interpersonal

a.       Model Pertukaran Sosial
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan  sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelley, dua orang  pemuka dari teori ini menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai berikut: “Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya”. Ganjaran yang dimaksud adalah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran dapat berupa uang, penerimaan sosial, atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya. Sedangkan yang dimaksud dengan biaya adalah akibat yang negatif yang terjadi dalam suatu hubungan, Biaya itu dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri


b.       Model Peranan
Model peranan menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal  berkembang baik bila setiap individu bertidak sesuai dengan peranannya.
http://psikologi.or.id 



c.       Model Interaksional
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat strukural, integratif dan medan. Semua sistem terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama sebagai suatu kesatuan. Selanjutnya, semua sistem mempunyai kecenderunganuntuk memelihara dan mempertahankan kesatuan. Bila ekuilibrium dari sistemterganggu, segera akan diambil tindakannya. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peranan.



d.      Memulai hubungan
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa  peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama,  “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.



Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu: a) informasi demografis; b) sikap dan pendapat (tentang orang atau objek); c) rencana yang akan datang; d) kepribadian; e) perilaku pada masa lalu; f) orang lain; serta g) hobi dan minat.



e.       Hubungan peran





1                Model peran
Terdapat tiga hal yang menentukan kualitas dan keefektifan bermain peran sebagai model pembelajaran, yakni (1) kualitas pemeranan, (2) analisis dalam diskusi, (3) pandangan peserta didik terhadap peran yang ditampilkan dibandingkan dengan situasi kehidupan nyata.
              2.      Konflik
Konflik adalah adanya pertentangan yang timbul di dalam seseorang (masalah intern) maupun dengan orang lain (masalah ekstern) yang ada di sekitarnya. Konflik dapat berupad perselisihan (disagreement), adanya keteganyan (the presence of tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak atau lebih.
 3.      Adequancy peran & autentisitas dalam  hubungan peran
Kecukupan perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara informal.


f.       Intimasi dan hubungan pribadi



Pendapat beberapa ahli mengenai intimasi, di antara lain yaitu :
     a.     Shadily dan Echols (1990) mengartikan intimasi sebagai kelekatan yang   kuat yang      
          didasarkan oleh saling percaya dan kekeluargaan.
     b.   Sullivan (Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku  
           penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang           
          lain.
     c.  Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan
         emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain,       
         keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih  

         bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.


Dalam suatu hubungan juga perlu adanya companionate love, passionate love dan intimacy love. Karena apabila kurang salah satu saja di dalam suatu hubungan atau mungkin hanya salah satu di antara ketiganya itu di dalam suatu hubungan maka yang akan terjadi adalah hubungan tersebut tidak akan berjalan dengan langgeng atau awet, justru sebaliknya setiap pasangan tidak merasakan kenyamanan dari pasangannya tersebut sehingga yang terjadi adalah hubungan tersebut bubar dan tidak akan ada lagi harapan untuk membangun hubungan yang harmonis dan langgeng.

Komunikasi yang selalu terjaga, kepercayaan, kejujuran dan saling terbuka pun menjadi modal yang cukup untuk membina hubungan yang harmonis. Maka jangan kaget apabila komunikasi kita dengan pasangan tidak berjalan dengan mulus atau selalu terjaga bisa jadi hubungan kita akan terancam bubar atau hancur. Tentu saja itu akan menyakitkan hati kita dan setiap pasangan di dunia ini pun tidak pernah menginginkan hal berikut.


a.       Intimasi Dan pertumbuhan
Apapun alasan untuk berpacaran, untuk bertumbuh dalam keintiman, yang terutama adalah cinta. Keintiman tidak akan bertumbuh jika tidak ada cinta . Keintiman berarti proses menyatakan siapa kita sesungguhnya kepada orang lain. Keintiman adalah kebebasan menjadi diri sendiri. Keintiman berarti proses membuka topeng kita kepada pasangan kita. Bagaikan menguliti lapisan demi lapisan bawang, kita pun menunjukkan lapisan demi lapisan kehidupan kita secara utuh kepada pasangan kita.

Keinginan setiap pasangan adalah menjadi intim. Kita ingin diterima, dihargai, dihormati, dianggap berharga oleh pasangan kita. Kita menginginkan hubungan kita menjadi tempat ternyaman bagi kita ketika kita berbeban. Tempat dimana belas kasihan dan dukungan ada didalamnya. Namun, respon alami kita adalah penolakan untuk bisa terbuka terhadap pasangan kita. Hal ini dapat disebabkan karena :

          (1) kita tidak mengenal dan tidak menerima siapa diri kita secara utuh.
          (2) kita tidak menyadari bahwa hubungan pacaran adalah persiapan memasuki
                pernikahan.
          (3) kita tidak percaya pasangan kita sebagai orang yang dapat dipercaya untuk memegang     
                rahasia.
          (4) kita dibentuk menjadi orang yang berkepribadian tertutup.
          (5) kita memulai pacaran bukan dengan cinta yang tulus .



2. Cinta dan perkawinan



Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya mengatakan bahwa cinta adalah sebuah aksi/ kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut

Cinta selalu membuat orang ingin memiliki ikatan dengan yang dicintai. Namun apakah cinta selalu membuat orang berpikir untuk terikat pernikahan dengan orang yang dicintai? Belum tentu. Sebagian besar memang berpikir untuk menikahi yang dicintai. Namun, mereka yang mencintai terkadang juga takut menghadapi pernikahan. Ada yang hanya mau berpacaran saja atau ada yang hanya mau kumpul kebo.

Saat ini, cinta memang menjadi landasan untuk menikah bagi sebagian besar orang. Contohnya Anda, apakah Anda mau menikah dengan orang yang tidak ada cintai? Anda tentu memilih menikah dengan orang yang Anda cintai. Namun demikian, pernikahan boleh jadi tanpa cinta dan tidak semua pencinta yang menginginkan pernikahan, benar-benar menikah. Sebab pernikahan bukan hanya tentang cinta. Begitulah budaya kita. Di Uni Soviet, pada tahun 1986 dilaporkan hanya 50% orang menikah karena cinta. Di Amerika Serikat, sekitar 87% menikah karena cinta. Bagaimana dengan di Indonesia? Lagi-lagi tidak ada data yang tersedia.



a)       Memilih dalam perkawinan
Memilih pasangan atau jodoh bukan hal yang sulit jika tahu rumusnya dan akan menjadi sulit jika tidak mengetahui rumusnya.

Pertama Tuhan adalah penguasa dan pemilik serta penentu jodoh kita. Hanya Dia yang bisa menjadi pemilih yang sempurna dan paling tahu tentang calon pasangan kita. Maka kedua adalah orang-orang yang dekat dengan Tuhan yang bisa menentukan pasangan yang baik untuk dipilih. Ketiga dimiliki oleh orang tua kita karena faktor kasih sayang dan kesungguhannya kepada kita sehingga sangat serius untuk memilihkan kita. Bagaimana dengan diri sendiri? Kadang tidak bisa diandalkan karena kurangnya pengalaman, atau memilih karena nafsu,emosi dan kepentingan lain bukan kepentingan abadi.

Beranikah kita menyerahkan pilihan kita kepada orang yang lebih tahu luar dan dalam serta pengalaman hidup yang cukup? Berusaha menjadikan kita pantas mendapatkan pasangan yang memang cocok dengan pengertian orang baik akan bertemu orang baik itu cocok dan yang jelek hatinya akan bertemu dengan yang jelek juga. Serahkan kepada Tuhan dan berusaha taat dan memantaskan diri sendiri. Menjadi orang yang dekat kepada Tuhan akan menjadikan diri kita beruntung



Pernikahan atau adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan ikatanperkawinan secara norma agamanorma hukum, dan norma sosial.Upacara pernikahan memiliki banyak ragam dan variasi menurut tradisi suku bangsaagamabudaya, maupun kelas sosial. Penggunaanadat atau aturan tertentu kadang-kadang berkaitan dengan aturan atau hukum agama tertentu pula



b)      Hubungan dan pertumbuhan dalam perkawinan

Perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan yang merupakan suatu pranata dalam budaya setempat yang meresmikan hubungan antar pribadi - yang biasanya intim dan seksual. Perkawinan umumnya dijalani dengan maksud untuk membentuk keluarga. Umumnya perkawinan harus diresmikan dengan pernikahan.
Tujuan perkawinan :
·        - Untuk mendapatkan keturunan
·         -Untuk meningkat derajat dan status social baik pria maupun wanita
·         -Mendekatkan kembali hubungan kerabat yang sudah renggang
·        - Agar harta warisan tidak jatuh ke orang lain
 
b)      Penyesuaian dan pertumbuhan dalam perkawinan 
 
Perkawinan tidak berarti mengikat pasangan sepenuhnya. Dua individu ini harus dapat mengembangkan diri untuk kemajuan bersama. Keberhasilan dalam perkawinan tidak diukur dari ketergantungan pasangan. Perkawinan merupakan salah satu tahapan dalam hidup yang pasti diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang terjadi dalam sebuah perkawinan, sering tak sederhana. Perubahan yang terjadi dalam perkawinan banyak terkait dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan serta terbentuknya hubungan antarkeluarga kedua pihak.

Relasi yang diharapkan dalam sebuah perkawinan tentu saja relasi yang erat dan hangat. Tapi karena adanya perbedaan kebiasaan atau persepsi antara suami-istri, selalu ada hal-hal yang dapat menimbulkan konflik. Dalam kondisi perkawinan seperti ini, tentu sulit mendapatkan sebuah keluarga yang harmonis.

Pada dasarnya, diperlukan penyesuaian diri dalam sebuah perkawinan, yang mencakup perubahan diri sendiri dan perubahan lingkungan. Bila hanya mengharap pihak pasangan yang berubah, berarti kita belum melakukan penyesuaian. Banyak yang bilang pertengkaran adalah bumbu dalam sebuah hubungan. Bahkan bisa menguatkan ikatan cinta. Hanya, tak semua pasangan mampu mengelola dengan baik sehingga kemarahan akan terakumulasi dan berpotensi merusak hubungan.

c)      Perceraian dan pernikahan kembali
 
Pernikahan bukanlah akhir kisah indah, namun dalam perjalanannya, pernikahan justru banyak menemui masalah. Banyak dari orang-orang yang menikah pada akhirnya harus bercerai. Perceraian adalah berakhirnya suatu pernikahan. Saat kedua pasangan tak ingin melanjutkan kehidupan pernikahannya, mereka bisa memintapemerintah untuk dipisahkan
Perceraian adalah jalan satu-satunya jika pasangan suami-istri sudah tidak lagi memiliki rasa sayang dan cinta diantara keduanya. Dan apabila mereka tidak bisa berhubungan dengan baik, maka akan berpisah dan tidak lagi menjadi satu keluarga yan sempurna lagi. Banyak keluarga yang bercerai akibat pasangannya yang memiliki ego yang lebih tinggi dan tidak ada lagi kerukunan lagi diantara mereka berdua.

Menikah Kembali setelah perceraian mungkin menjadi keputusan yang membingungkan untuk diambil. Karena orang akan mencoba untuk menghindari semua kesalahan yang terjadi dalam perkawinan sebelumnya dan mereka tidak yakin mereka bisa memperbaiki masalah yang dialami. Mereka biasanya kurang percaya dalam diri mereka untuk memimpin pernikahan yang berhasil karena kegagalan lama menghantui mereka dan membuat mereka ragu-ragu untuk mengambil keputusan.

  d)      Alternatif selain pernikahan

Paradigma terhadap lajang cenderung memojokkan diri sendiri. Karena kita belum menemukan apa yang harus kita cari. banyak pertanyaan yang terus selalu ditanyakan kepada orang yang belum memiliki pasangan seperti : kapan menikah? Ganteng-ganteng kok ga menikah? Apakah Melajang Sebuah Pilihan? Atau belum bisa mencari jodoh ?

Ada banyak alasan untuk tetap melajang. Perkembangan jaman, perubahan gaya hidup, kesibukan pekerjaan yang menyita waktu, belum bertemu dengan pujaan hati yang cocok, biaya hidup yang tinggi, perceraian yang kian marak, dan berbagai alasan lainnya membuat seorang memilih untuk tetap hidup melajang. Batasan usia untuk menikah kini semakin bergeser, apalagi tingkat pendidikan dan kesibukan meniti karir juga ikut berperan dalam memperpanjang batasan usia seorang untuk menikah. Keputusan untuk melajang bukan lagi terpaksa, tetapi merupakan sebuah pilihan. Itulah sebabnya, banyak pria dan perempuan yang memilih untuk tetap hidup melajang.




 sumber : http://psikologi.or.id/mycontents/uploads/2010/11/hubinterpersonal.pdf 
http://21juli1991.blogspot.com/2013/05/hubungan-interpersonal.html  
htthttp://repastrepost.blogspot.com/2013/06/hubungan-interpersonal_1.htmlp://www.psikoterapis.com/?en_cinta-dan-pernikahan,176  
http://sharenruth.blogspot.com/2013/06/tugas-final-kesehatan-mental.html

         bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama

0 komentar:

Posting Komentar