Jumat, 07 November 2014
Nama : Khusnul Khotimah
Kelas : 3pa11 (14512099)
Tugas : Softskill 2 (Psikologi Manajemen)
A. Teori Motivasi
Menurut
McClelland (dalam Maryanti & Meinawati, 2007) motivasi sendiri merupakan
istilah yang lebih umum, yaitu suatu istilah yang dipergunakan untuk
keseluruhan fenomena yang melibatkan tingkah laku individu sebagai hasil suatu
rangsang situasi atau motif .
Teori
yang dikembangkan oleh McClelland (dalam Maryanti & Meinawati, 2007) menjelaskan
tentang kebutuhan-kebutuhan individu atau ada yang menyebutnya dengan motif
motif yang menjadi dasar perilaku, yaitu motif untuk berprestasi, motif untuk
berkuasa dan motif untuk berafiliasi.
a. Motif untuk berprestasi (n-Ach)
Motif yang mendorong seseorang untuk mencapai
keberhasilan dalam bersaing dengan suatu ukuran keunggulan, baik berasal dari
standar prestasinya di waktu lalu maupun prestasi orang lain. Mereka yang memiliki
motivasi berprestasi tinggi lebih menyukai pekerjaan yang memiliki tanggung
jawab pribadi, memperoleh umpan balik dan beresiko sedang. Mereka tidak menyukai
keberhasilan yang didapatkan secara kebetulan. Tujuan yang ditetapkan oleh
mereka juga merupakan tujuan yang tidak terlalu sulit dicapai dan juga tidak
terlalu mudah.
b.
Motif
untuk berkuasa (n-pow)
Motif yang mendorong seseorang mengambil kendali
untuk menguasai atau mempengaruhi orang lain. Orang yang memiliki kebutuhan ini
cenderung bertingkah laku otoriter. Dalam memberikan bantuan kepada orang lain,
mereka tidak memberikannya secara tulus, keinginan dasarnya adalah agarorang
lain menjadi menghormatinya.Pemberian bantuan digunakan untuk menunjukkan
kelebihan diri mereka. Ciri-ciri orang yang memiliki motif berkuasa tinggi antara
lain adalah suka terhadap perubahan status, senang mempengaruhi orang lain,
cenderung membantu tanpa diminta, dan terlibat dalam kegiatan sosial yang
melambangkan prestise.
c.
Motif
untuk berafiliasi (n-aff)
Motif yang mengarahkan tingkah laku seseorang dalam
berhubungan dengan orang lain. Yang menjadi tujuan di sini adalah suasana yang
penuh dengan keakraban dan keharmonisan. Dengan motif berafiliasi, orang
terdorong untuk membentuk, menjaga, atau memperbaiki hubungan baik atau persahabatan
dengan orang lain. Mereka lebih menyukai situasi yang kooperatif daripada
situasi yang kompetitif dan mereka akan berusaha untuk menghindari konflik.
Ciri-ciri mereka dengan motif afiliasi yang tinggi adalah senang berada dalam
suasana hubungan yang akrab dengan orang lain, risau bila harus berpisah dengan
orang yang sudah kenal baik, dan dalam bekerja melihat dengan siapa mereka
bekerja.
McClelland
(dalam Maryanti & Meinawati, 2007) juga mengemukakan bahwa karyawan
mempunyai cadangan energi potensial. Bagaimana energi tersebut dilepaskan dan
digunakan tergantung pada kekuatan dorongan motivasi seseorang dan situasi,
serta peluang yang tersedia. Energi ini akan dimanfaatkan oleh karyawan karena
oleh kekuatan motif dan kebutuhan dasar yang terlibat, harapan keberhasilan,
nilai insentif yang terlekat pada tujuan. Menurut McClelland, Atkinson, Clark,
& Lowell (dalam Maryanti & Meinawati,2007) , motivasi berprestasi
merupakan tujuan dari individu agar berhasil dalam persaingan dengan standar
tinggi. Individu mungkin akan gagal mencapai tujuan ini, tetapi memungkinkan
individu tersebut untuk mengidentifikasikan tujuan yang akan dicapai.
McClelland mengemukakan bahwa
motivasi berprestasi berkaitan dengan hasrat atau keinginan individu untuk
melakukan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya, bukanlah untuk memperoleh
penghargaan sosial atau prestasi melainkan untuk mencapai kepuasan batin dalam
dirinya. McClelland juga mengemukakan bahwa orang yang memiliki motivasi yang
tinggi akan lebih memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan perbaikan
kinerja dan belajar lebih baik. McClelland (dalam Maryanti & Meinawati, 2007)
memberikan batasan terhadap motivasi berprestasi sebagai motif untuk mencapai
suatu standar pencapaian atau keahlian. Berdasarkan penelitiannya, McClelland
berpendapat bahwa untuk menemukan motivasi yang mendasari suatu tingkah laku, cara
yang terbaik adalah dengan menganalisa motif yang ada dalam fantasi seseorang
karena motivasi tidak dapat dilihat begitu saja dari tingkah laku. Selanjutnya
McClelland berpendapat bahwa motivasi berprestasi dapat ditingkatkan dengan
jalan latihan-latihan. Jadi motivasi berprestasi ini dapat dikembangkan pada
segala tingkatan umur
Adapun karakteristik individu
dengan moti-vasi tinggi atau rendah sebagaimana telah dikemukakan oleh
Mc.Clelland dan Winter (dalam Maryanti & Meinawati, 2007) ada 6 faktor yang
membedakan tingkat motivasi tinggi atau rendahnya seseorang, yaitu:
a. Tanggung Jawab
Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi merasa
bertanggung jawab atas tugas yang dikerjakannya dan tidak akan meninggalkan
tugas tersebut sebelum berhasil menyelesaikannya. Sedangkan individu yang
memiliki motivasi berprestasi rendah kurang merasa bertanggung jawab akan tugas
yang dikerjakannnya dan cenderung menyalahkan hal-hal di luar dirinya.
b. Resiko Pemilihan Tugas
Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan
memilih tugas yang memiliki taraf kesulitan sedang. Walaupun tugas tersebut
sulit baginya, tetapi orang tersebut akan tetap berusaha menyelesaikan tugas
tersebut, dan berani menanggung resiko bila mengalami kegagalan. Sedangkan
individu yang memiliki motivasi rendah akan memilih tugas yang sangat mudah, ia
yakin akan berhasil dalam mengerjakannya dan apabila mengalami kegagalan ia
akan menyalahkan tugas tersebut.
a. Waktu Penyelesaian Tugas
Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan brusaha
menyelesaikan setiap tugasnya dengan waktu secepat mungkin, sedangkan individu dengan
motivasi berprestasi rendah kurang berusaha dalam menyelesaikan tugas tersebut
dalam waktu yang cepat dan cenderung menunda-nunda waktu penyelesaian.
b.
Umpan
Balik
Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi menyukai
umpan balik yang diberikan orang lain atas pekerjaan yang telah dilakukannya.
Dengan umpan balik atas keberhasilan akan membuat individu memahami efektivitasnya
dan akan terdorong untuk meningkatkannya. Sedangkan umpan atas kegagalan akan
membuat motivasi untuk memperbaikinya. Individu bermotivasi prestasi rendah
kurang menyukai umpan balik karena umpan balik dianggapnya kesalahan yang ia
lakukan dan ia akan gagal serta usahanya akan menjadi sia-sia.
a.
Keinginan Menjadi yang Terbaik
Individu dengan motivasi berprestasi tinggi selalu berusaha
menunjukkan hasil kerja, mungkin dengan tujuan meraih predikat yang terbaik.
Sedangkan individu dengan motivasi berprestasi rendah menjadi yang terbaik
bukanlah prioritas utama sehingga mereka kurang berusaha secara maksimal.
b.
Kreatif dan Inovatif
Individu yang memiliki motivasi berprestasi berprestasi
tinggi cenderung kreatif dan kurang menyukai pekerjaan yang selalu rutin
dikerjakan, sedangkan individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah akan
memilih tugas yang sudah berstruktur sehingga ia tidak perlu lagi menentukan
sendiri bagaimana cara mengerjakannya.
Teori motivasi dua faktor atau
Herzberg's Two Factors Motivation Theory menyatakan tiga hal penting yang harus
diperhatikan dalam memotivasi bawahan (dalam Maryanti & Meinawati, 2007) yaitu
:
1. Hal-hal yang mendorong
karyawan adalah pekerjaan yang menantang mencakup perasaan untuk berprestasi,
bertanggung jawab, kemajuan dapat menikmati pekerjaan itu sendiri, dan adanya
pengakuan atas pekerjaannya itu.
2. Hal-hal yang mengecewakan
karyawan adalah terutama faktor yang bersifat embel-embel saja pada pekerjaan,
peraturan pekerjaan, penerangan, istirahat, jabatan, hak, gaji, tunjangan, dll.
3. Karyawan kecewa jika peluang
untuk berprestasi terbatas. Mereka akan menjadi sensitif pada lingkungannya
serta mulai mencari-cari kesalahan.
Herzberg juga mengatakan bahwa
orang dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi dua faktor yang merupakan
kebutuhan (dalam Maryanti & Meinawati, 2007) yaitu :
a.
Maintenance Factor (Hygiene factor)
Adalah
faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin
memperoleh ketentraman badaniah. Faktor-faktor ini meliputi gaji, kondisi kerja
fisik, kepastian pekerjaan, supervisi yang menyenangkan, tunjangan, dll.
Hilangnya faktor-faktor ini akan menyebabkan timbulnya ketidakpuasan dan
absennya karyawan, bahkan dapat menyebabkan banyak karyawan yang keluar.
b.
Motivation Factor (Satisfier factor)
Adalah
faktor motivator yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang yaitu perasaan
sempurna dalam melakukan pekerjaan. Faktor motivasi ini berhubungan dengan
penghargaan terhadap pribadi yang secara langsung berkaitan dengan pekerjaan,
seperti fasilitas yang memadai, penempatan yang tepat, dll. Jika kondisi ini
tidak ada, maka tidak akan menimbulkan rasa ketidakpuasan yang berlebihan.
Serangkaian faktor ini meliputi prestasi (achievement), pengakuan (recognition),
pekerjaan itu sendiri (the work it self), tanggung jawab (responsibility),
kemajuan (advancement), dan pengembangan potensi individu (the possibility of
growth). Rangkaian ini melukiskan hubungan seseorang dengan apa yang dikerjakannya
yakni kandungan pekerjaan pada tugasnya.
Menurut
Herzberg cara terbaik untuk memotivasi karyawan adalah dengan memasukkan unsur
tantangan dan kesempatan guna mencapai keberhasilan dalam pekerjaan mereka. Penerapannya
dengan pengayaan pekerjaan (job enrichment), yaitu suatu teknik untuk
memotivasi yang melibatkan upaya pembentukan kelompok-kelompok kerja natural,
pengkombinasian tugas-tugas, & pembinaan hubungan dengan klien. Pengayaan
pekerjaan ini merupakan upaya motivator seperti kesempatan untuk berhasil dalam
pekerjaan dengan membuat pekerjaan lebih menarik dan lebih menantang.
Maslow (dalam
Maryanti & Meinawati,2007) Menyatakan bahwa motivasi manusia bergantung pada
pemenuhan susunan hierarkis kebutuhan. Kebutuhan itu menentukan cara bagaimana
orang bertingkah laku dan motivasi diri mereka sendiri. Kebutuhan yang lebih
rendah harus dipenuhi sebelum bergerak ke arah kebutuhan yang lebih tinggi.
Ketika masing-masing kebutuhan dipenuhi, kebutuhan selanjutnya dalam hierarki
itu segera timbul. Maslow mencatat lima kategori utama yang dimulai dari
kebutuhan tingkat terendah.
Kebutuhan
dasar adalah memenuhi dorongan-dorongan biologis, tingkat kedua mengembangkan
kebutuhan untuk bebas dari ancaman fisik dan psikologis. Tingkat ketiga menampung
kebutuhan-kebutuhan dicintai dan diterima oleh orang lain. Secara berurutan, ketiga
tingkatan yang pertama termasuk kelompok A dan dipandang sebagai kebutuhan akan
ketenangan. Maslow percaya bahwa jika kebutuhan-kebutuhan ini tidak dipenuhi,
maka seseorang akan gagal berkembang menjadi orang yang sehat baik secara
jasmani maupun rohani. Kelompok B merupakan dua tingkatan yang terakhir, yaitu
penghargaan dan realisasi yang dikenal sebagai kebutuhan pertumbuhan. Kebutuhan
ini harus dipenuhi jika seseorang ingin menumbuhkan dan mengembangkan potensi
mereka sepenuhnya.
Hierarki kebutuhan manusia menurut
Maslow
a)
Kebutuhan Fisiologi (Dasar) Rasa lapar Haus
Mengantuk Sex
b)
Kebutuhan Keamanan (Emosional dan Fisik)
Keamanan Perlindungan Kehangatan
c) Kebutuhan Sosial (Persamaan Kelompok)
Kelompok-kelompok pribadi Kegiatan-kegiatan sosial Pengakuan dari pihak lain
Cinta
d) Penghargaan (Diri dan Orang Lain) Kepercayaan
diri Prestasi Perhatian Penghargaan Penghormatan
e) Realisasi Diri (Pemenuhan, Kedewasaan, Kearifan)
Pertumbuhan Pengembangan pribadi Penyempurnaan
Teori harapan (Expectancy) dikemukakan oleh
Victor Vroom (dalam Maryanti & Meinawati, 2007) yang menyatakanbahwa kekuatan
yang memotivasi seseorang untuk bekerja giat dalam mengerjakan pekerjaannya
tergantung dari hubungan timbal balik antara apa yang ia inginkan dan butuhkan
dari hasil pekerjaan itu. Berapa besar ia yakin perusahaannya akan memberikan
pemuasan bagi keinginannya sebagai imbalan atas usaha yang dilakukannya itu.
Bila keyakinan yang diharapkan cukup besar untuk memperoleh kepuasannya maka ia
akan bekerja keras pula. dan sebaliknya
Menurut
Vroom (dalam Maryanti & Meinawati, 2007) faktor dalam memunculkan motivasi
kerja individu adalah atasan, isi pekerjaan, gaji, dan kesempatan untuk maju.
Faktor atasan adalah bagaimana hubungan yang terjalin dengan atasan berlangsung
baik dan mengakui otoritas atasan. Isi pekerjaan adalah bagaimana pekerja
mengetahui isi dari uraian pekerjaan yang dikerjakannya dan mengetahui fungsi
bagian kerjanya dalam proses rangkaian kerja keseluruhan. Kemudian gaji adalah
kesesuaian
antara
upah yang diterima dengan pekerjaan atau tugas yang dikerjakannya. Perbandingan
upah dengan karyawan lain pada perusahaan berbeda-beda. Faktor terakhir adalah kesempatan untuk maju,
sejauh mana peluang karir yang tersedia bagi dirinya di perusahaan tersebut
meliputi perbandingan kesempatan karir dengan rekan kerja lain dan perbandingan
peluang kerja di perusahaan lain.
B. Pola Kepemimpinan
Gaya
kepemimpinan otokratis merupakan
pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri yang selalu menganggap organisasi
sebagai milik pribadi, mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi,
menganggap bawahan sebagai alat semata, tidak mau menerima kritik dan saran,
terlalu tergantung pada kekuasaan formalnya, dalam tindakan pergerakannya
sering mempergunakan pendekatan paksaan dan bersifat menghukum biasanya gaya
kepemimpinan seperti ini digunkan saat situasi mengawasi karyawan yang kurang
disiplin saat bekerja , situasi perusahaan yang kurang kondusif dan saat memperingati
karyawan yang kurang bertanggung jawab. Sugandi (Tumbol,Tewal,Sepang, 2014)
Gaya
Kepemimpinan Demokratik yaitu gaya kepemimpinan yang memiliki
karakteristik sebagai berikut, dalam proses pergerakan bawahan selalu bertitik
tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia;
selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dalam
kepentingan dan tujuan pribadi dari pada bawahannya; senang menerima saran,
pendapat bahkan kritik dari bawahan; selalu berusaha menjadikan bawahannya
sukses dan berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadi sebagai pemimpin ,
biasanya gaya kepemimpinan seperti ini digunakan perusahaan saat situasi rapat
agar karyawan dapat mengeksplor pemikirannya dan ide kreatifnya Sugandi (Tumbol,Tewal,Sepang, 2014)
Gaya
Kepemimpinan Permisif / Laissez
Faire Ini sama sekali bukanlah kepemimpinan. Gaya ini membiarkan segala
sesuatunya berjalan dengan sendirinya. Pemimpin hanya melaksanakan fungsi pemeliharaan
saja. Gaya ini kadang-kadang dipakai oleh pemimpin yang sering bepergian atau
yang hanya bertugas sementara.yaitu gaya kepemimpinan yang lebih mengutamakan
relation oriented (Orientasi hubungan) dari pada result oriented (Penyelesaian
tugas). Gaya kepemimpinan seperti ini biasanya digunakan saat situasi pemimpin sering
pergi ke luar kota dan tidak bisa menghandle atau mengawasi keadaan kantor
secara langsung.
Referensi
:
Tumbol,L.C.,Tewal,B.,Sepang,L.J.(2014).Gaya
kepemimpinan otokratis,demkratik dan Laissez faire
terhadap peningkatan prestasi kerja karyawan pada kpp pratama manado. Jurnal EMBA,
vol.2.no.1.38-47.
terhadap peningkatan prestasi kerja karyawan pada kpp pratama manado. Jurnal EMBA,
vol.2.no.1.38-47.
Maryanti,S.,Meinawati,R..(2007).Peran
motivasi berprestasi terhadap prestasi kerjapada agen yang
bekerja dikantor operasional pondok gede dan kalimalang ajb bumiputera 1912 cabang
jakarta timur. Jurnal psikologi,vol.5.no.1.
bekerja dikantor operasional pondok gede dan kalimalang ajb bumiputera 1912 cabang
jakarta timur. Jurnal psikologi,vol.5.no.1.
Sabtu, 11 Oktober 2014
Nama : Khusnul Khotimah
Kelas : 3pa11 (14512099)
Tugas : Softskill (Psikologi Manajemen)
A)
Pemahaman mengenai Psikologi Manajemen
Unsur Psikologis yang dibutuhkan untuk melakukan planning ,
organizing ,actuating , dan controlling
yaitu unsure kognitif ( Kemampuan berfikir , unsur sikap kerja (
kemampuan menanggapi tuntutan pekerjaan
) , unsur kepribadian ( kemampuan menilai diri pribadi )Prilaku yang bisa
digunakan untuk melakukan planning , organizing ,actuating , dan controlling :
a. Planning (perencanaan)
proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk
mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan penentuan strategi
dan taktik yang tepat untuk mewujudkan
target dan tujuan organisasi : : , Menetapkan tujuan dan target bisnis, Merumuskan strategi
untuk mencapai tujuan dan target bisnis tersebut, Menentukan sumber-sumber daya
yang diperlukan, Menetapkan standar/indikator keberhasilan dalam pencapaian
tujuan dan target bisnis
Ada juga berpendapat perencanaan :
1. harus mempermudah tercapainya tujuan
2. harus dibuat orang yang memahami tujuan
organisasi dan
orang
yang mendalami teknik perencanaan
3. harus disertai rincian yang teliti
4. harus sesaui dengan pemikiran pelaksanaan
5. harus sederhana, luwes, pragmatis
6. didalamnya ada tempat pengambilan resiko
7. harus merupakan forecasting
b. Pengorganisasian
( organization)
proses yang menyangkut bagaimana strategi dan
taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur
organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang
kondusif, dan dapat memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja
secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi
1. Mengalokasikan
sumber daya, merumuskan dan menetapkan tugas, dan menetapkan prosedur yang diperlukan
2.
Menetapkan
struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis
kewenangan dan
tanggungjawab
3. Kegiatan perekrutan, penyeleksian,
pelatihan dan pengembangan
Sebuah
organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti
penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi
sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat.Organisasi yang dianggap baik
adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya,
karena memberikan kontribusi seperti pengambilan sumber daya manusia dalam
masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka
pengangguran.Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu
keterkaitan yang terus menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan
seumur hidup. Akan tetapi sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang
konstan di dalam keanggotaan mereka, meskipun pada saat mereka menjadi anggota,
orang-orang dalam organisasi berpartisipasi secara relatif teratur.
c. Penggerakkan (Actuating)
manajemen yang berhubungan
dengan bagaimana cara menggerakkan kerabat kerja (bawahan) agar bekerja dengan
penuh kesadaran tanpa paksaan. Menurut Keith Davis (1972) ialah kemampuan
pemimpin membujuk orang-orang mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan
dengan penuh semangat. Jadi, pemimpin menggerakkan dengan penuh semangat, dan
pengikut juga bekerja dengan penuh semangat Keefektifan kepemimpinan
menunjukkan pencapaian tugas pada rata-rata kemajuan, keputusan kerja, moral
kerja, dan kontribusi wujud kerja.
1.
Arahan
(Direction): manajer mengemban hampir semua tanggung jawab untuk melembagakan arahan.
2.
Delegasi
(delegation) :oragnisasi biasanya mulai mengembangkan struktur yang
didesentralisasi, hal ini dapat mempertinggi motivasi pad a level bawah, namun muncul krisis bahwa pemimpin terus merasa kehilangan kontrol atas bidang oprasi yang sangat terspesialisasi.
didesentralisasi, hal ini dapat mempertinggi motivasi pad a level bawah, namun muncul krisis bahwa pemimpin terus merasa kehilangan kontrol atas bidang oprasi yang sangat terspesialisasi.
3. Kolaborasi
(collaboration) : menekankan spontanitas tindakan manajemen yang lebih besar
melalui tim dan penyelesaian perbedaan- perbedaan antar pribadi secara tepat. Kontrol sosial dan pendisiplinan pribadi menggantikan kontrol formal.
melalui tim dan penyelesaian perbedaan- perbedaan antar pribadi secara tepat. Kontrol sosial dan pendisiplinan pribadi menggantikan kontrol formal.
a. Definisi Mengendalikan
(Conrolling)
Pengawasan, Pengendalian atau Controlling adalah
salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu
mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan
yang benar dengan maksud tercapai tujuan yang sudah digariskan semula.
Dalam
melaksanakan kegiatan controlling, atasan mengadakan pemeriksaan, mencocokan,
serta mengusahakan agar kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan serta tujuan yang dicapai.
Terdapat tiga langkah penting dalam proses
pengendalian, yaitu :
1.Mengukur hasil/prestasi yang telah dicapaioleh
staf atau
organisasi
2.Membandingkan hasil yang telah dicapai dengan
tolok ukur.
3.Memperbaiki penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi sesuai dengan faktor-faktor
penyebabnya, dan menggunakan, dan menggunakan faktor tersebut untuk
menetapkan
langkah-langkah intervensi.
Contoh sistem manajemen keuangan pada
perusahaan bisnis
Manajemen
keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan, penganggaran, pemeriksaan,
pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh
suatu organisasi atau perusahaan. Manajemen keuangan perusahaan adalah suatu
aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan pengendalian dan pengelolaan aset
keuangan dalam perusahaan.Sebuah
perusahaan yang baik adalah perusahaan yang memiliki manajemen keuangan yang
baik dan mempu mengelola dan mengendalikan keuangan secara tepat dan baik.
Karena, dengan manajemen keuangan yang baik sebuah perusahaan dapat mengolah
unsur keuangannya dengan baik agar keuangan suatu perusahaan berjalan dengan
baik melihat bahwa keuangan adalah sisi terpenting dalam sebuah perusahaan.
Manajemen keuangan berhubungan dengan 3
aktivitas, yaitu:
1.Aktivitas penggunaan dana, yaitu aktivitas
untuk
menginvestasikan dana pada berbagai
aktiva.
2.Aktivitas perolehan dana, yaitu aktivitas
untuk mendapatkan sumber dana, baik dari
sumber dana internal maupun
sumber dana eksternal perusahaan.
3.Aktivitas pengelolaan aktiva, yaitu setelah
dana diperoleh dan dialokasikan dalam bentuk
aktiva, dana harus dikelola
seefisien mungkin.
Fungsi sebuah manajemen keuangan pada suatu
perusahaan adalah:
Perencanaan Keuangan, membuat rencana pemasukan
dan pengeluaraan serta kegiatan- kegiatan lainnya untuk periode tertentu. penganggaran
Keuangan, tindak lanjut dari perencanaan keuangan dengan membuat detail
pengeluaran dan pemasukan,pengelolaan Keuangan, menggunakan dana perusahaan
untuk memaksimalkan dana yang ada dengan berbagai cara.,pencarian Keuangan,
mencari dan mengeksploitasi sumber dana yang ada untuk operasional kegiatan
perusahaan,penyimpanan keuangan, mengumpulkan dana perusahaan serta
menyimpan dan mengamankan
dana tersebut, Pengendalian keuangan, melakukan evaluasi serta perbaikan
atas keuangan dan sistem keuangan pada
perusahaan., Pemeriksaan Keuangan, melakukan audit internal atas keuangan,
perusahaan yang ada agar tidak terjadi penyimpangan.,Pelaporan keuangan, penyediaan
informasi tentang kondisi, keuangan perusahaan sekaligussebagai bahan evaluasi
Dan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam manajemen
keuangan adalah perencanaan keuangan sebagai berikut:
1. rencana
pengeluaran dan pemasukan perusahaan
2. penganggaran
keuangan
3. pengelolaan
keuangan dengan memaksimalkan dana yang ada dengan berbagai cara
4. pencarian
keuangan
5. penyimpanan
keuangan
6. pengendalian
keuangan ( mengevaluasi sistem keuangan)
7. pemeriksaan
keuangan
8. pelaporan
keuangan (informasi tentang kondisi keuangan suatu perusahaan)
sumber : http://ekonomiplanner.blogspot.com/2014/06/tugas-manajer-pemasaran-perusahaan.html,http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/menuutama/edukasi/1000-manajemen-kurikulum
Sabtu, 28 Juni 2014
Tugas 4 softskill
Nama : Khusnul khotimah
kelas : 2pa11
1. Pekerjaan
waktu luang
A)
Mengubah Sikap dan Pekerjaan
1. Definisi Nilai Pekerjaan
Nilai
pekerjaan adalah nilai dari apa yang kita kerjakan, sangat bergantung kepada
cara berpikir kita terhadap pekerjaan itu. Sekecil apapun pekerjaan yang kita
lakukan, jika kita memahami bahwa pekerjaan itu adalah bagian dari sebuah
perencanaan besar, atau bahwa pekerjaan itu adalah proses menuju terwujudnya
sesuatu yang besar, maka tidak akan ada lagi perasaan kecil dalam hati kita
ketika mengerjakan pekerjaan itu.
2. Apa yang di cari dalam Pekerjaan?
Mencari
uang: Hal ini adalah hal yang paling dasar yang mendorong seseorang untuk
bekerja. Untuk mencari nafkah (uang),
untuk mencukupi kebutuhannya dan keluarga. Hal ini juga yang biasa digunakan
sebagai pertimbangan dalam memilih suatu pekerjaan. Semakin besar gaji (uang)
yang ditawarkan oleh pekerjaan tersebut, maka semakin menarik perkerjaan itu.
Banyak orang yang berpindah-pindah kerja untuk mencari gaji yang lebih tinggi.
Mencari
pengembangan diri: Adalah tabiat manusia untuk ingin berkembang menjadi lebih
baik. Orang bekerja karena mereka ingin mencari pengembangan (potensi) diri
mereka. Mereka akan mencari pekerjaan
dimana mereka dapat mengembangkan diri mereka disana.
Mencari
teman/sarana bersosialisasi: Manusia adalah makhluk sosial yang perlu untuk
bersosialisasi. Maka manusia perlu bekerja untuk menambah teman dan relasi
mereka. Sebagai media dan tempat mereka untuk bersosialisasi.
Mencari
kebanggaan/kehormatan diri: Hal lain yang dicari oleh orang dengan bekerja
adalah kebanggaan dan kehormatan diri. Orang yang mencukupi kebutuhan dirinya
dengan bekerja lebih terhormat dibandingkan orang yang tergantung pada orang
lain.
3. Fungsi psikologis
dalam pekerjaan
Fungsi psikologinya
yaitu : Meskipun apa kata orang tentang memiliki pekeraan untuk hidup. Itu
mungkin jelas sekarang bahwa setiap orang bekerja keras untuk uangnya sendiri.
Survei membuktikan kebanyakan orang akan melanjutkan pekerjaanya bahkan jika
mereka memiliki cukup uang untuk hidup nyaman seumur hidupnya (Renwick&Lawler,1978).
Kenyataanya adalah bekerja itu meenuhi kebutuhan psikologis dan social yang
penting. Rasa pemenuhan pribadi, orang membutuhkan perasaan kalau mereka
tumbuh, mempelajarai keahlian baru, dan mencapai sesuatu yang berharga ketika
perasaan ini kurang, mereka mungkin pindah ke pekerjaan yang menjanjikan
pencapaian yang lebih atau hasil yang jelas. Contohnya, seorang individu yang
pekerjaanya terarah mungkin meninggalkan meja untuk bekerja menjual barang atau
konstruksi. Bahkan orang yang sudah mendapatkan banyak uang tidak akan mau
mengurangi waktu dan energy yang di habiskan oleh pekerjaan mereka.kemampuan
karena kebutuhan akan penghargaan dan penguasaan (Morgan,1972)
A)
Peroses dalam memilih pekerjaan
a.
Tahap pertama adalah pada umur 15 - 22 tahun: Pada
tahap ini, seseorang umumnya memilih jurusan, yang menurutnya baik dan ia suka.
Apakah seseorang memilih jurusan tertentu oleh karena masalah imej jurusan
tersebut- ini adalah salah satu faktor. Bisa juga ia memilih jurusan tertentu
karena rekomendasi orang tua dan sisi ekonomi atau peluang kerja. Beragam
alasan orang memilih jurusan tertentu di sekolah atau kampus.
b.
Tahap
kedua adalah pada umur 22 - 30 tahun: Pada fase ini, orang memilih karir sesuai
dengan jurusan yang ia pelajari di kampus. Ia tertarik dengan pekerjaan barunya
dan mulai menekuni apa yang ia pilih. Ini biasanya bisa terjadi sampai umur 30
tahun. Ada gairah terhadap pekerjaan apalagi kalau di perusahaan tempat ia
bekerja ada suasana kondusif ditambah dengan jenjang karier yang jelas.
c.
Tahap ketiga adalah pada umur 30 - 38 tahun:
Bila seseorang menekuni pekerjaannya pada fase kedua, kinerjanya akan semakin
baik pada phase ini. Kinerjanya umumnya di atas rata-rata. Gairah kerja semakin
bertambah. Ia mungkin mencapai posisi manager dalam sebuah perusahaan pada
phase ini. Karir semakin mantap dan bisa sampai menduduki posisi Vice
President. Ini tergantung berapa bagus kinerjanya dan berapa baik budaya
korporasi di perusahaan.
d.
Tahap keempat adalah pada umur 38 - 45 tahun:
Inilah tahapan atau fase yang tepat untuk memikirkan ulang pekerjaan yang
seharusnya ditekuni. Pada phase ini biasanya orang mulai makin sadar akan
pekerjaan yang seharusnya ia tekuni. Ini adalah fase yang kritis karena pada
phase ini akan muncul pertanyaan, "Mau ke mana arah atau jalur karir yang
akan ditempuh?" Pada fase ini persaingan ke posisi yang lebih tinggi
semakin ketat. Peluang untuk naik ke posisi yang banyak membuat kebijakan
strategis semakin kecil karena persaingan atau ada orang yang lebih hebat atau
lebih cerdas dari Anda untuk menduduki posisi tersebut. Pada saat yang sama,
Anda juga ingin merasakan keleluasaan untuk memberikan keputusan. Ada keinginan
untuk membuat keputusan-keputusan yang lebih besar bagi perusahaan atau
organisasi yang akan menambah kepuasan diri juga; ada self-actualisation- meminjam
istilah dari Abraham Maslow.
e.
Tahap kelima adalah pada umur 45 - 55 tahun:
Bila seseorang lolos pada fase ke empat, biasanya ia akan semakin mantap pada
phase ini, khususnya mereka yang memilih karir atau menemukan pekerjaan yang
cocok dengan bakat dan talenta pribadinya. Karirnya akan semakin bersinar. Ada
kematangan baik dalam jiwa dan dalam pekerjaan. Ia semakin mengerti tujuan
perusahaan. Ia makin mengerti relasi dari organisasi dengan masyarakat luas.
Namun, pada fase ini juga orang akan mulai mengalami kebosanan di pekerjaan
kalau salah mengambil keputusan pada tahap kelima. Jangankan di phase ini, pada
phase keempat pun orang sudah mulai merasakan kebosanan dalam pekerjaan. Gairah
kerja hilang karena tidak ada keputusan berarti yang bisa dilakukan bagi
perusahaan.
f.
Tahap keenam adalah umur 55 - 62 tahun:
Orang-orang yang sukses melewati tahap ke empat dan kelima akan mengalami
gairah kerja yang semakin bertambah pada fase ini. Kreatifitas muncul; ide-ide
baru utuk memperbaiki organisasi melintas dalam pikiran. Vitalitas orang
semakin bertambah dalam pekerjaan pada phase ini. 'Self-actualization' semakin
matang dan mulai mempersiapkan diri utuk memasuki phase terakhir.
g.
Tahap
ketujuh adalah 62 - 70 tahun: Pada fase ini orang mulai memikirkan bagaimana
meneruskan karir yang sudah dibangun atau perusahaan yang sudah dirintis dan
berjalan. Ia mulai memikirkan siapa yang akan menggantikannya di kemudian hari.
Bila Anda kebetulan pada fase ini, Anda sudah harus memikirkan bagaimana agar
apa yang sudah dimulai dan dikerjakan bisa diteruskan dalam track yang benar
oleh penerus Anda
2. Menjelaskan fase fase identitas pekerjaan
Fase-fase dalam pekejaan adalah
Orang denderung mengidentifikasi dengan apa yang mereka lakukan. Bagaimana
seiring kalian mendengar seseorang memperkenalakan dirinya dengan berkata “saya
bekerja untuk IBM” atau “ saya seorang suster”. Studs Tarket (1972) menemukan
bahwa pekerjaan mereka membosankan,pekerjaan mekanis yang sering membuat mereka
merasa menjadi “mekanik”, atau “robot”. Dilain pihak, mereka tertarik pada
tantangan dan pemenuhan pekerjaan pada seni atau profesi yang menunjukan tujuan
hidup mereka, biasanya sebagai hasil dari pekerjaan yang mereka lakukan
A)
Memilih Pekerjaan
Yang Cocok
a) Hubungan
antara Karakteristik Pribadi dan Pekerjaan dalam Memilih Pekerjaan yang Cocok
*Kepribadian
Artistik
Karakter:
kreatif, imajinasi yang tak pernah berhenti, suka mengekspresikan diri, suka
bekerja tanpa aturan, menikmati pekerjaan yang berkaitan dengan
design/warna/kata-kata. Orang artistik merupakan pemecah masalah yang sangat
hebat karena mereka menggabungkan pola pikir intuisi dan pendekatan rasional.
Pekerjaan
yang cocok: editor, grafik desainer, guru drama, arsitek, produser, ahli
kecantikan, model, pemain film, sutradara, interior desain.
*Kepribadian
Konvensional
Karakter:
menyukai aturan, prosedur yang rapi, teliti, tepat waktu, suka bekerja dengan
rincian data, tertib, cenderung pendiam dan lebih hati-hati.
Pekerjaan
yang cocok: akuntan, petugas asuransi, penegak hukum, pengacara, penulis,
penerjemah.
*Kepribadian
Aktif
Karakter:
gigih, berani, suka berkompetisi, penuh semangat, pekerja keras, ekstrovet,
enerjik, dan progresif.
Pekerjaan
yang cocok: wiraswasta, direktur program, manajer.
*Kepribadian
Investigasi
Karakter:
analitis, intelektual, ilmiah, menyukai misteri, sangat memperhatikan detail, lebih
suka bekerja secara individu, menggunakan logika.
Pekerjaan
yang cocok: analisis sistem komputer, programmer, dosen, profesor, statistik,
dokter.
*Kepribadian
Realistis
Karakter:
realistis, praktis, simpel, bekerja di luar ruangan, berorientasi pada masalah
dan solusinya, suka bekerja dengan objek yang kongkrit, pekerjaan yang
menggunakan alat bantu atau mesin. Pekerjaan yang cocok: tukang listrik, dokter
gigi, insinyur.
*Kepribadian
Sosial
Karakter:
suka membantu orang lain, dapat berkomunikasi dengan baik, bekerja dalam tim,
sabar, murah hati, memiliki empati, memusatkan diri dengan interaksi manusia,
suka berbicara.
Pekerjaan
yang cocok: psikolog, guru, mediator, perawat, entertainer, selebriti.
A)
Penyesuaian diri dengan pekerjaan
Dawis dan Lofquist (1984) mendefinisikan
penyesuaian bekerja sebagai “proses berkelanjutan dan dinamis di mana seorang
pekerja berusaha untuk mencapai dan mempertahankan korespondensi dengan
lingkungan kerja”.
Ada dua komponen utama untuk memprediksi
penyesuaian kerja: kepuasan dan kualitas memberikan kepuasan yang cukup untuk
memenuhi permintaan atau kebutuhan (satisfactoriness). Kepuasan
mengacu pada sejauh mana kebutuhan individu dan persyaratan dipenuhinya
pekerjaan yang dia lakukan. Satisfactoriness menyangkut penilaian orang lain,
dari sejauh mana individu menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya.
B) Waktu
Luang
Waktu
luang artinya waktu bebas atau waktu yang memberikan peluang, kepada seseorang
untuk bebas atau tidak terikat oleh suatu tugas, pekerjaan , atau kewajiban
yang harus dikerjakan secara rutin ia dapat melakukan apa saja menurut
kehendaknya yang dapat menimbulkan rasa senang serta mendapatkan kepuasaan dari
kesenangn tersebut berguna atau tidaknya waktu luang, sangat tergantung pada
bagaimana cara individu-individu menanggapinya.Kesehatan atau sehat adalah
suatu keadaan yang mennyatakan bahwa keadaan jasmani, rohani dan kehidupan
social seseorang adalah sehat jasmani, sehat rohani, dan sehat social.
1.Jangan
pernah terjebak dgn waktu. Bukan waktu yg mengatur kita, tapi kitalah yang
mengatur waktu:)
2.Coba
sesuatu yang baru yang tidak menyita waktu kerja. Misalnya dengan menulis di
smartphone yang kita miliki
3.
Tentukan prioritas. Dengan prioritas bisa diketahui mana yang mendesak, mana
yang kurang. Tanpa prioritas, waktu terbuang percuma.
4.Buat
yang super sibuk, buatlah agenda yang harus ditaati. Masukkan waktu bekerja,
waktu untuk keluarga, dan waktu untuk diri sendiri.
5.Pastikan
dalam agenda, 50 persen waktu yang dilakukan adalah untuk kegiatan positif atau
produktif.
6.Jangan
melakukan pekerjaan/hal yang lain sebelum menuntaskan pekerjaan yang lebih dulu
dilakukan. Yang ada keduanya berantakan!
7.Jika
tidak berhubungan dgn pekerjaan, jauhkan diri dari sosial media, hingga
pekerjaan tuntas diselesaikan :)
Menggunakan
waktu dengan bijak, maka tidak ada istilah tidak punya waktu luang! Tidak ada
waktu yang terbuang percuma.
Kuncinya
terletak bukan pada bagaimana Anda menghabiskan waktu, namun dalam
menginvestasikan waktu Anda. Melakukan dua hal bersamaan sama artinya dengan
tidak melakukan sesuatu. - Stephen R. Covey
2. Self dan penerapan directed
changes
A. Konsep dan Penerapan
Self-directed changes: Mahasiswa mengetahui dan termotivasi untuk melakukan
perubahan pribadi dengan melalui tahapan:
1. Meningkatkan kontrol diri
Mendasarkan diri pada kesadaran
bahwa pada setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya sesuai
dengan kondisi yang dimiliki setiap manusia. Itu dapat terjadi sebagai akibat
perubahan dalam struktur kognitif yang dihasilkan oleh perubahan struktur
kognitif itu sendiri atau perubahan kebutuhan juga adanya motivasi internal
serta belajar yang efektif.
2. Menetapkan tujuan
Dimaksudkan untuk menjaga
individu agar tetap tertuju pada proses pembelajaran, dalam arti dapat
mengetahui dan mampu secara mandiri menetapkan mengenai apa yang ingin
dipelajari dalam mencapai kesehatan mental, serta tahu akan kemana tujuan
hidupnya, cakap dalam mengambil keputusan dan mampu berpartisipasi di
masyarakat dan akan mampu mengarahkan dirinya.
3. Pencatatan perilaku
Menguatkan perilaku ulang kalau
individu merasa bisa mengambil manfaat dari perilaku yang pernah dilakukan
sebelumnya, kemungkinan lain yang bisa menjadikan seseorang mengulang perilaku
sebelumnya karena merasa senang dengan apa yang pernah dilakukan.
4. Menyaring anteseden perilaku
Bisa membagi perilaku sasaran
ke dalam perubahan, serta membantu individu agar lebih siap dalam mempelajari
perilaku tersebut. Pemahaman akan anteseden perilaku membantu individu agar
dapat dengan tepat memilih nilai-nilai dan merencanakan strategi.
5. Menyusun konsekuensi yang efektif
Pemahaman dalam arti sehat
mental dapat menentukan perubahan pada individu dalam melakukan mobilitas untuk
melakukan segala sesuatu aktifitas –aktifitas yang dilakukan oleh manusia,
dalam menanggapi stimulus lingkungan, yang meliputi aktivitas motoris,
emosional,dan kognitif dalam mencapai kematangan mental.
6. Menerapkan perencana intervensi
Membawa perubahan, tentunya
pada perubahan yang lebih baik. Dalam arti pemahaman nilai-nilai, karakter /
watak, dan cara cara berperilaku secara individual. Dalam arti kita harus lebih
memahami cara berperilaku pada kegiatan proses pembentukan watak dan
pembelajaran secara terencana.
7. Evaluasi
Faktor yang penting untuk
mencapai kematangan pribadi, sedangkan salah satu faktor penting untuk
mengetahui keefektivan adalah evaluasi baik terhadap proses maupun hasil
pembelajaran.
sumber : http://pestawaniagnes.blogspot.com/2013/06/pekerjaan-waktu-luang-dan-self-directed.html http://segita-19.blogspot.com/2013/05/pekerjaan-dan-waktu-luang.html http://faztilmi.wordpress.com/2013/01/12/teori-penyesuaian-kerja/
Langganan:
Postingan
(Atom)