Rabu, 23 April 2014
Tugas : Softskill ( kesehatan mental )
Nama : Khusnul khotimah
kelas / NPM : 2pa11 ( 14512099)
A) Penyesuaian
diri
Karena
kuatnya pengaruh pemikiran evolusi pada psikologi, maka penyesuaian diri
disamakan dengan adaptasi, yaitu proses dimana organism yang agak sederhana
mematuhi tuntutan-tuntutan lingkungan. Dari segi pandangan
psikologis, penyesuaian diri memiliki banyak arti, seperti pemuasan kebutuhan,
keterampilan dalam menangani frustasi dan konflik, ketenangan pikiran/jiwa,
atau bahkan pembentukan simtom-simtom. Itu berarti belajar bagaimana bergaul
dengan baik dengan orang lain dan bagaimana menghadapi tuntutan-tuntutan
pekerjaan. Tyson menyebut hal-hal seperti kemampuan untuk beradaptasi,
kemampuan berafeksi, kehidupan yang seimbang, kemampuan untuk mengambil
keuntungan dari pengalaman, toleransi terhadap frustasi, humor, sikap yang
tidak ekstrem, objektivitas, dan lain-lain (Tyson, 1951).
B) Pertumbuhan
personal.
Setiap
langkah dalam proses pertumbuhan dari masa bayi sampai masa dewasa harus
menjadi kemajuan tertentu kearah kematangan tang lebih besar dalam pikiran,
emosi, sikap dan tingkah laku. Pelekatan (fiksasi) pada setiap tingkat
perkembangan bertentangan dengan penyesuaian diri yang adekuat,
misalnya menggigit kuku, menghisap jempol, ngompol, ledakan amarah, atau
membutuhkan sangat banyak kasih sayang dan perhatian. Perkembangan diri
disebabkan oleh realisasi kematangan yang terjadi secara tahap demi tahap.
a) Penekanan pertumbuhan
Suatu proses pertumbuhan secara memaksa atau dengan dorongan. Cara ini di gunakan agar seorang individu yang kurang berafiliasi (berhubungan sosial) bisa menyesuaikan diri di lingkungan sekitarnya
b) Variasi dalam Pertumbuhan
‘Tidak
selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena
kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil
melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam
dirinya atau mungkin diluar dirinya.
c) Kondisi-Kondisi
untuk Bertumbuh
Kondisi-kondisi untuk bertumbuh Kondisi jasmaniah seperti
pembawa dan strukrur atau konstitusi fisik dan temperamen sebagai disposisi
yang diwariskan, aspek perkembanganya secara intrinsik berkaitan erat dengan
susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat kolerasi
yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen (Surya,
1977).
d) Fenomenalogi Pertumbuhan
Fenomenologi
memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan
diinterpretasi secara subyektif. Setiap, orang mengalami dunia dengan caranya
sendiri.
Stress
a) arti penting stress
Stress
adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk
ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat
membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada
dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental.
Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena
stress, disebut strain.
Sedangkan
menurut Handoko (1997), stress adalah suatu kondisi ketegangan yang
mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu
besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
Sedangkan berdasarkan definisi kerja stress, stress
dapat diartikan sebagai:
- Suatu tanggapan adaptif, ditengahi oleh perbedaan individual dan atau proses psikologis, yaitu suatu konsekuensi dari setiap kegiatan (lingkungan), situasi atau kejadian eksternal yang membebani tuntunan psikologis atau fisik yang berlebihan terhadap seseorang.
- Sebagai suatu tanggapan penyesuaian, dipengaruhi oleh perbedaan individu dan atau proses psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar ( lingkungan ) situasi atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan pada seseorang.
b) Tipe tipe stress psikologis
1. Tekanan
Menurut Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, tekanan
adalah suatu sifat atau atributif dari suatu objek lingkungan atau orang yang
memudahkan atau menghalangi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan
tertentu. Contohnya, Ani adalah anak yang aktif baik dalam bidang akademik
maupun sosial, Ani memiliki cita-cita sebagai sosialita, sehingga ia
berkehendak untuk mengikuti segala kegiatan, tetapi orang tuanya menentang
sebab orang tuanya takut kalau nanti Ani terseret dalam pergaulan bebas. Dan
karena tujuan yang ia rintis tidak dapat terlaksana Ani justru menjadi sangat
tertekan sehingga ia memilih memisahkan diri “pendiam”.
2. Frustasi
Menurut Siswanto, frustasi terjadi bila antara harapan
yang diinginkan dan kenyataan yang terjadi tidak sesuai.
Menurut Atkinson, dkk, frustasi terjadi bila gerak
arah tujuan yang diinginkan terhambat atau tertunda. Contohnya adalah Dewa
adalah seorang mahasiswa yang berambisius untuk mendapatkan nilai IPK tertinggi
diantara teman-temannya, tetapi ketika nilai sudah keluar Dewa tidak
mendapatkan nilai IPK yang ia inginkan, sehingga ia frustasi dan memaki dirinya
sendiri serta menghukum dirinya.
3. Konflik
Sumber utama frustasi adalah konflik antara dua motif
bertentangan (dalam, Pengantar Psikologi,
Atkinson dkk.,1983). Misalnya: Seseorang yang baru saja menyelesaikan
sekolahnya ditingkat Menengah Atas, kemudian ia dihadapkan oleh dua pilihan
yaitu ia ingin menjadi mahasiswa di Universitas diluar negeri, padahal
anak tersebut adalah salah satu anak yang termasuk unggul dalam bidang
akademiknya, tetapi orang tuanya tidak mengijinkan justru orang tuanya
menyarankan anak tersebut melanjutkan kuliahnya di Universitas tempat Pamannya
bekerja sebagai dosen, sehingga menimbulkan konflik bagi si anak tersebut, baik
konflik internal (dengan dirinya) maupun eksternal (dengan lingkungan
sekitarnya, seperti keluarga).
4. Kecemasan
Yang dimaksud dengan kecemasan adalah emosi yang tidak
menyenangkan yang ditandai dengan istilah-istilah seperti “Kekhawatiran”,
“Keprihatinan”, dan “Rasa Takut” yang kadang-kadang kita alami pada tingkatan
yang berbeda-beda (dalam, Pengantar
Psikologi, Atkinson dkk.,1983).
Orang yang mengalami gangguan kecemasan dilanda
ketidakmampuan menghadapi perasaan cemas yang kronis dan intens, perasaan
tersebut sangat kuat sehingga mereka tidak mampu berfungsi dalam kehidupan
sehari-hari (dalam Psikologi Abnormal:
Perspektif Klinisi pada Gangguan Psikologis, Richard P.Halgin dan Susan
Krauss, 2010). Contohnya adalah seorang wanita yang berjalan sendirian pada
malam hari di tempat yang sepi, dengan cahaya yang remang-remang secara
otomatis ia akan merasa takut yang luar biasa bahkan mungkin tingkat
kecemasannya menjadi tinggi, karena ia berfikir (biasanya) di malam hari, di
temapat yang sepi dapat dijumpai hantu, penjahat dll. Karena fikirannya yang
berhalusinasi maka ia akan merasa sangat ketakutan.
c) symptom
Reducing Responses Stress
Lazarus membagi koping menjadi dua jenis, yaitu (dalam
Kesehatan Mental: Konsep, Cangkupan, dan
Perkembangannya, 2007):
1. Tindakan Langsung (Direct Action)
Yaitu setiap usaha tingkah laku yan dijalankan oleh
individu untuk mengatasi kesakitan atau luka, ancaman atau tantangan dengan
cara mengubah hubungan yang bermasalah dengan lingkungan. Hal ini terfokuskan
terhadap masalah artinya seseorang ketika menghadapi konflik-stres agar dapat
mencari tahu sebab-musabab mengapa ia menjadi stres dan apa yang ia rasakan
kemudian ia hubungkan terhadap lingkungan, bagaimana efeknya untuk lingkungan,
jika yang terjadi adalah menjadi semakin kompleks, maka kita harus mengubah pandangan
stres kita dengan melakukan pengalihan, contohnya setelah ditinggalkan oleh
pacarnya Mitha merasa kecewa dan sedih sehingga mempengaruhi moodnya terhadap
lingkungannya, karena moodnya sedang buruk ia terlihat lebih sensitif lalu
orang-orang menjauhinya (tidak ingin membuat Mitha semakin marah), karena
ketidak stabilan moodnya yang merugikan dirinya, maka Mitha bangkit dari rasa
sedihnya, da Mitha kembali ceria seperti sedia kala.
2. Peredaran atau Peringanan (Palliation)
Jenis koping ini mengacu pada mengurangi atau
menghilangkan atau menoleransi tekanan-tekanan kebutuhan atau fisik, motorik
atau gambaran afeksi dari tekanan emosi yan dibangkitkan oleh lingkungan yang
bermasalah. Pada jenis koping ini bertitik fokus pada emosi yang ditimbulkan dari
lingkunga. Contohnya, dahulu ketika Mia bersekolah Mia selalu masuk dalam
sekolah negeri dan ketika ia berkuliah Mia tidak dapat masuk dalam peruruan
tinggi negeri sehingga ia melanjutkan ke perguruan tinggi swasta, akhirnya Mia
menjadi sedih, dan sangat kecewa, akhirnya untuk menghilangkan rasa kecewanya
Mia berusaha menerima kenyataannya kemudian demi menenangkan dirinya sendiri
Mia selalu (terkadang) berkhayal bahwa Mia sedan berkuliah di perguruan tinggi
negeri.
d) Pendekatan"problem solving terhadap setress
Dalam Siswanto dijelaskan dalam menangani stres yaitu
menggunakan metode Biofeedback,
tekhniknya adalah mengetahui bagian-bagian tubuh mana yang terkena stres
kemudian belajar untuk menguasainya. Teknik ini menggunakan serangkaian alat
yang sangat rumit sebagai feedback.
Tetapi jika teman-teman tahu tentang hipno-self,
teman-teman cukup menghipnotis diri sendiri dan melakukan sugesti untuk diri
sendiri, cara ini lebih efektif karena kita tahu bagaimana keadaan diri kita
sendiri. Dan jika teman-teman ingin melakukan hipno-self, utamanya adalah tempat harus nyama dan tenang, dan
teman-teman cukup membangkitkan apa yang menyebabkan teman-teman stres, cari
tahu gejalanya hingga akar dari masalah tersebut, kemudian berikan
sugesti-sugesti yang positif, Insya Allah
cara ini akan berhasil ditambah dengan pendekatan secara spiritual (mengarah
kepada Tuhan Semesta Alam).
sumber : http://www.psychologymania.com/2012/05/pengertian-stress.html http://radenfinta.wordpress.com/2013/05/04/penyesuaian-diri-dan-stress/
http://wulanwulan61.blogspot.com/2013/06/tulisan-1-penyesuaian-diri-dan.html
http://shakina-matahari.blogspot.com/2012/04/mengenal-stress.html
Langganan:
Postingan
(Atom)